Memberitakan Injil Bagi Keluarga dan Sesama

MATERI IBADAH PEMUDA

 



Tema               :    Memberitakan Injil Bagi Keluarga dan Sesama

Sub Tema        :    Memberitakan Injil di tengah-tengah zaman yang terus berubah

Bacaan            :    2 Korintus 8 : 1 – 13 

Metode            :    PA

 

Pendahuluan

 

Orang Kristen tidak pernah diajarkan untuk hidup hanya bagi dirinya sendiri. Hidup orang percaya kepada Yesus Kristus adalah hidup yang senantiasa dipenuhi dengan  pelayanan kasih,  karena  sebagai orang percaya yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus, sudah mengalami kelimpahan kasih Tuhan. Oleh karena itu sebagai orang percaya harus rajin berbagi dan memberi karena pemberian merupakan wujud pelayanan kasih dari anak-anak Tuhan. Karena pelayanan kasih adalah wujud dari karya Yesus Kristus yang telah lebih dulu memberikan diri-Nya untuk setiap orang percaya/orang beriman. Perbuatan kasih adalah identitas sebagai murid Kristus jika setiap orang percaya hidup saling mengasihi (Yoh. 13:35). Mengasihi  perlu diwujudkan dengan perbuatan nyata dan bukan hanya sebatas teori. Inilah yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada Jemaat di kota Korintus. Kota yang besar,  dan mengalami kemakmuran ekonomi yang sangat besar. Menjadi kota metropolitan. Kota perdagangan yang sangat ramai pada zaman Rasul Paulus menuliskan surat tersebut kepada Jemaat-Jemaat di kota Korintus.



Kajian Teks.

Di dalam ayat 1 dari pembacaan tersebut Rasul Paulus memberitahukan kepada Jemaat di Korintus tentang kasih karunia yang dianugerahkan (diberikan) oleh Allah kepada Jemaat-Jemaat “Makedonia.” Kasih karunia itu adalah pelayanan kasih. Mengapa demikian? Karena kata “kasih karunia” (Yunani: kharis) juga berarti anugerah, pemberian, dan kemurahan hati. Menariknya, dalam ayat 6 kata “pelayanan kasih” juga memakai kata “kharis.” Jadi pelayanan kasih merupakan kasih karunia yang diberikan Tuhan kepada setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus untuk diwujudnyatakan dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya Rasul Paulus menyampaikan kondisi dan keadaan Jemaat di Makedonia: Meskipun sangat miskin dan dicobai dengan berat sehingga berada dalam berbagai penderitaan namun rupa-rupanya Jemaat di Makedonia kaya dalam kemurahan. Kemurahan (Yunani: haplotes) berarti keikhlasan. Secara keseluruhan dalam pasal 8-9 terdapat 4 kata kemurahan (8:2, 9:5, 9:11, 9:13). Penyebutan kemurahan hati sebanyak empat kali oleh Rasul Paulus dalam kaitannya dengan pelayanan kasih sebenarnya memberikan penekanan bahwa pelayanan kasih itu sendiri harus didasari oleh kemurahan hati atau bermurah hati. Bahkan dalam pasal 9:13, Rasul Paulus mengatakan bahwa ketika pelayanan  kasih  tersebut  didasari  oleh  kemurahan  hati  maka Allah akan semakin memperkayanya dalam segala kemurahan hati yang berlanjut dan mengalir terus menerus.

Dalam pelayanan kasih dasar memberi yang pertama adalah memberi sesuai dengan kemampuan. Memberi sesuai kemampuan mengandung makna kesaksian sejujur-jujurnya bahwa apa yang diberikan adalah bersumber dari pemberian Tuhan. Dasar memberi sesuai dengan kemampuan inilah yang kemudian dipakai oleh Rasul Paulus untuk menasehati   Jemaat Korintus supaya dalam pelayanan kasihnya mereka juga memberikan sesuai dengan “apa yang ada padamu bukan apa yang tidak ada padamu (ayat 12).

Kedua adalah memberikan melampaui kemampuan mereka. Dalam pelayanan kasih sebenarnya boleh juga memberikan melebihi kemampuan asalkan itu berasal dari kemauan sendiri bukan paksaan apalagi untuk pamer dan kesombongan. Memberi dengan cara demikian bukan karena  perintah dari Rasul Paulus, melainkan seperti yang dimiliki oleh Jemaat-Jemaat di Makedonia yaitu mereka meminta bahkan mendesak dengan sangat  agar mereka mendapat kesempatan untuk ikut memberikan bantuan itu (ayat 3-4), kepada Jemaat-Jemaat Tuhan yang berada di Yerusalem. Sebab pada zaman Rasul Paulus, Jemaat-jemaat Tuhan di Yerusalem mengalami penderitaan yang sangat besar karena kelaparan. Mereka mengaami kemiskinan yang sangat besar.  Jemaat–jemaat Makedonia memberikan lebih daripada yang Rasul Paulus telah harapkan. Alasannya ialah bahwa mereka memberikan diri mereka, “pertama-tama kepada Allah” (ayat 5). Pelayanan kasih membawa mereka kepada penyerahan diri. Kehidupan yang diserahkan kepada Tuhan itu penuh dengan pemberian bagi orang lain. Jadi dalam pelayanan kasih,  sebelum  memberikan  apa  yang  dimiliki  kepada orang lain pertama-tama harus memberikan diri terlebih dahulu kepada Allah, (Roma 12:1). Karena hidup ini adalah milik Allah, dan dunia yang didiami adalah milik Allah, maka segala sesuatu yang dimiliki setiap orang percaya adalah milik kepunyaan Allah Sang Pencipta dan Sang Pemelihara.  Pada waktu orang-orang memberikan dirinya kepada Allah, mereka pasti memiliki daya dorong yang kuat untuk menolong orang lain yang membutuhkan bantuan.

Selanjutnya, apa yang seharusnya menjadi dasar pemberian Setiap orang percaya??.

Dalam pasal 8 ada tiga kali kata “kasih” disampaikan,  (8:7, 8:8,24) yaitu “Agape (Yunani)” yang menunjukkan bentuk, kualitas, dan kasih Allah yang tanpa syarat. Dari ketiga ayat ini pula ‘agape’ selalu dihubungkan oleh Rasul Paulus dengan pemberian (pelayanan kasih). Jadi, dari sini disimpulkan bahwa  dasar dari pelayanan kasih adalah ‘kasih agape’, yaitu memberi tanpa syarat dan memberi secara total. Totalitas itu mencakup memberi dengan tulus/sungguh-sungguh  dan sukarela tanpa paksaan atau karena terpaksa.

Pola tindakan pengorbanan yang mutlak adalah kasih karunia Tuhan Yesus Kristus. Kristuslah yang menjadi teladan dan contoh  sempurna  dari  sebuah  pelayanan  kasih.  Tidak  ada pemberian yang terbesar selain Anak Allah yang memberikan diri-Nya   untuk   menebus   manusia.  Sebesar apapun pemberian setiap orang percaya tidak akan pernah sama dengan pemberian Allah yaitu mengaruniakan Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan maut.  Karena   pemberian-Nya membuat  diri-Nya  yang  kaya  rela  menjadi  miskin  (ayat  9). Dari mana  keikhlasan  kasih  dalam  memberi  itu  muncul  dan bagaimana setiap orang percaya bisa terus bertumbuh dalam pelayanan kasih ini? Tentu  jawabannya  adalah  dalam  pengenalan    akan  kasih karunia Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia yang bagaimana? Kasih karunia di mana “Dia yang kaya rela menjadi miskin, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”, (bdk. Flp. 2:6-11).

Rasul Paulus tidak bermaksud supaya orang-orang kudus di Yerusalem itu merasa senang (mendapat keringanan) dan orang-orang yang ada di Korintus itu menjadi susah. Ia menghendaki supaya semua hal menjadi seimbang. Pada waktu itu Jemaat-jemaat di Korintus hidup berkecukupan dan karena itu mereka patut menolong saudara-saudara mereka di Yerusalem yang sedang dalam kesusahan dan kekurangan (8:7). Sebaliknya, jika orang-orang di Yerusalem hidup berkecukupan, mereka juga harus menolong saudara-saudara yang lain yang hidup di dalam kemiskinan.

Tanggung jawab khusus semua orang Kristen ialah menolong saudara-saudara Kristen yang lain apabila hal itu diperlukan (Galatia 6:10). Itulah kemurahan orang-orang kudus yang ditetapkan atas semua orang Kristen. Apa yang mereka lakukan kepada salah seorang dari saudara-saudara seiman itu, sama artinya mereka telah melakukannya kepada Kristus. Jika ada di antara jemaat yang berkelebihan, ia wajib memberikan kelebihannya kepada  yang berkekurangan. Sebab  apa  yang mereka kumpulkan adalah milik Tuhan dan mereka tidak boleh mengumpulkannya hanya bagi dirinya sendiri.

Pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang kudus tetapi juga melimpahkan  ucapan  syukur  kepada  Allah.  Bagi jemaat  yang memberi (Makedonia dan Korintus), pelayanan kasih merupakan wujud ucapan syukur atas karya Kristus dalam kehidupan orang percaya. Bagi Jemaat yang mendapat pemberian yaitu Jemaat Yerusalem, pelayanan kasih tersebut tentu saja mendatangkan syukur kepada Allah oleh karena Allah masih   memeliharakan mereka melalui saudara seiman yang peduli dengan keadaan mereka. 



Aplikasi

Berdasarkan bagian pembacaan Firman Tuhan saat ini, tema PA adalah “Memberitakan Injil Bagi Keluarga dan Sesama” dengan Sub Tema, “Memberitakan Injil di tengah-tengah zaman yang terus berubah” mengarahkan kita bahwa pemberitaan Injil harus dimulai dari dalam keluarga dan lingkungan kita. Pemberitaan Injil tidak hanya dilakukan dalam bentuk khotbah saja tetapi perlu diwujudkan dengan kasih yang nyata. Dalam pemahaman iman yang benar, kita telah mewujudnyatakannya dan akan terus melakukan selama masih ada kesempatan.

Ketiak terjadi peristiwa banjir bandang Sentani pada tanggal 16 Maret  2019, empat Jemaat dan satu Bakal Jemaat se Klasis GPI Papua Jayapura Nabire turut berempati dengan menyalurkan berbagai bentuk bantuan yang disalurkan kepada saudara-saudara kita yang seiman maupun yang tidak seiman. Kita sadar bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan dan terapkan dalam kehidupan bergereja. Jika  kita  membuka mata  dan  membuka  hati,  maka  kita  akan mengulurkan tangan ketika melihat ada begitu banyak kebutuhan akan pelayanan kasih yang seharusnya kita lakukan, baik dalam konteks  internal Jemaat maupun antar  Jemaat.  Pelayanan  yang dimaksud bisa dalam berbagai bentuk, misalnya dalam hal pemenuhan  kebutuhan-kebutuhan  dasar,  baik  makanan, minuman, pakaian, kesehatan, pendidikan, dll.  

Dalam konteks berjemaat dan lebih khusus di dalam Wadah Pemuda, sangatlah dibutuhkan perhatian dan bantuan dalam bentuk pemberian ide, sumber daya, tenaga, waktu, dana, dan materi. Injil harus diwujudnyatakan bukan hanya dengan perkataan, tetapi dalam tindakan nyata. Kasih Allah kepada manusia bukan hanya dikatakan di surga, melainkan diwujudkan dengan datang ke dunia untuk manusia. Kita harus keluar dari  comfort  zone (wilayah yang aman) zona aman diri sendiri dan menjamah dunia dengan semua penderitaan di dalamnya, supaya kita dapat menyaksikan keselamatan secara nyata. Karena kita adalah Garam yang tidak akan pernah kehilangan rasa asinnya dan Pelita yang yang tidak akan pernah pudar nyalanya. Panggilan kita bukan hanya membicarakan keselamatan, mendefinisikan secara doktrinal, tetapi  mewujudkan  keselamatan  secara  praktis  melalui pelayanan nyata dan tindakan kasih kita. 



Pertanyaan Pendalaman Alkitab

1.      Apakah maksud dan tujuan Rasul Paulus menjadikan Jemaat-Jemaat Makedonia sebagai teladan untuk Jemaat di Korintus dalam hal “memberi bantuan” kepada Jemaat-Jemaat di Yerusalem?.

2.      Apakah ciri-ciri memberi menurut iman Kristen? Apakah Saudara telah melakukannya?

3.      Apakah program “peduli sesama”  Wadah Pemuda untuk panti asuhan, panti jompo dan ODHA?



SELAMAT BERIBADAH DAN BERBAGI KASIH DENGAN SESAMA. (SM)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUJIAN ROHANI PAPUA

TATA IBADAH PERSEKUTUAN PEMUDA GEREJA PROTESTAN INDONESIA DI PAPUA POLA D

MARS PPGPI PAPUA